Pantang Nyerah, Begini Curhatan Para Srikandi Perusahaan Bangkit dari Keterpurukan

Pantang Nyerah, Begini Curhatan Para Srikandi Perusahaan Bangkit dari Keterpurukan

Jumat, 30 Juni 2023 – 23:50 WIB

JAKARTA – Perempuan bekerja sudah menjadi pemandangan biasa di banyak negara, termasuk Indonesia. Namun, harus diakui perempuan berada di pucuk pimpinan perusahaan atau instansi masih jarang. Padahal, mereka adalah para wanita yang multitasking, bisa membagi waktu antara urusan pekerjaan kantor dan rumah tangga, serta berprestasi.

Baca Juga :


Memberdayakan Perempuan di Seluruh Indonesia Lewat Platform Reseller

Mengacu riset bertajuk Women in the Workplace (2018-2021), McKinsey menyatakan bahwa kepemimpinan wanita mampu menciptakan organisasi yang lebih sehat, egaliter, serta menghasilkan keputusan yang komprehensif dan inklusif karena melihat dari berbagai aspek. Yuk, scroll untuk informasi selengkapnya.

Hal ini tidak bisa dilepaskan dari aspek feminitas kaum Hawa yang dianggap memiliki naluri empati dan compassion lebih besar, sekaligus cenderung mampu melihat satu aspek secara lebih detail dibandingkan kaum Adam.

Baca Juga :


Dikira Boneka, Mayat Wanita Sepatu Pink Ditemukan di Tumpukan Sampah

Apalagi di masa pandemi dan pascapandemi, menghadapi situasi bisnis yang menantang, para pemimpin wanita dituntut sekaliber bos pria untuk menghalau rintangan yang dihadapi perusahaan. Berbagai jurus harus dilancarkan untuk mengatasinya dan meraih hasil yang optimal.

Baca Juga :


3 Kekurangan Jakarta International Stadium yang ‘Dibongkar’ Ketum PSSI

Beberapa sektor bisnis yang terdampak pandemi akibat risiko ancaman kesehatan dan kebijakan pemerintah untuk membatasi kegiatan dan mobilitas masyarakat (kebijakan PPKM), antara lain transportasi, pariwisata, perhotelan, kuliner, dan perbankan. 

Para pemimpin wanita (women leaders) memilik pengalaman menantang menghadapi terpaan pandemi. Sebut saja Alexandra Askandar, Wakil Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk berbagi pengalaman bahwa pandemi COVID-19 menimbulkan tantangan berupa kenaikan risiko kredit. Sebab, kondisi perekonomian yang memburuk menyebabkan banyak debitur kesulitan membayar kewajibannya. 

Halaman Selanjutnya

Hal ini mengakibatkan peningkatan risiko kredit perbankan, juga dialami Bank Mandiri. Tantangan lain adalah meningkatnya kompetisi di industri keuangan. Tidak hanya dari bank lain, tapi juga dari jasa keuangan nonbank yang banyak hadir, termasuk perusahaan rintisan financial technology.



Source link

author

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *