Teheran – Situasi memanas di Timur Tengah karena berawal serangan terhadap Konsulat Iran di Suriah yang memicu ketegangan. Pemerintah Iran menyebut Israel sebagai dalang di balik serangan tersebut.
Presiden Iran, Ebrahim Raisi, menegaskan tak akan membiarkan kejahatan itu tanpa balasan. Iran bersumpah membalas dendam kepada Israel.
Raisi menyatakan rezim Zionis Israel setelah beberapa kekalahan dan kegagalan dalam menghadapi perlawanan di wilayah Suriah kini menggunakan strategi pembunuhan buta sebagai upaya menyelamatkan diri. Namun, seberapa besar kekuatan Iran dalam konflik ini? New York Times (NYT) yang dikutip pada Minggu, 14 April 2024 memberikan analisisnya sebagai berikut:
Besaran Kekuatan Militer Iran
Angkatan Bersenjata Iran termasuk yang terbesar di Timur Tengah, dengan setidaknya ada 580.000 personel aktif dan sekitar 200.000 personel cadangan terlatih. Mereka terbagi di antara tentara tradisional dan Korps Garda Revolusi Islam.
Angkatan Darat dan Garda masing-masing memiliki pasukan darat, udara, dan angkatan laut yang terpisah. Staf Umum Angkatan Bersenjata mengkoordinasikan cabang-cabang dan menetapkan strategi keseluruhan.
Garda Revolusi juga mengoperasikan Pasukan Quds, sebuah unit elit yang bertugas mempersenjatai, melatih dan mendukung jaringan milisi proksi di seluruh Timur Tengah yang dikenal sebagai “poros perlawanan.” Milisi tersebut antara lain Hizbullah di Lebanon, Houthi di Yaman, kelompok milisi di Suriah dan Irak serta Hamas dan Jihad Islam Palestina di Gaza.
Meskipun milisi proksi tidak dihitung sebagai bagian dari angkatan bersenjata Iran, para analis mengatakan mereka siap berperang, bersenjata lengkap, dan loyal secara ideologis kepada Teheran.
“Tingkat dukungan dan jenis sistem yang disediakan Iran untuk aktor non-negara benar-benar belum pernah terjadi sebelumnya dalam hal drone, rudal balistik, dan rudal jelajah,” kata Fabian Hinz, pakar militer Iran dari Institut Internasional untuk Studi Strategis di Berlin, Jerman.
“Mereka dapat dipandang sebagai bagian dari kemampuan militer Iran, khususnya Hizbullah, yang memiliki hubungan strategis paling dekat dengan Iran,” jelas Fabian.
Senjata Iran
Selama beberapa dekade, strategi militer Iran bertumpu pada pencegahan, menekankan pada pengembangan rudal presisi dan jarak jauh, drone, dan pertahanan udara.
Iran memiliki salah satu gudang rudal balistik dan drone terbesar di Timur Tengah. Situs itu juga menampung rudal jelajah dan rudal anti-kapal, serta rudal balistik dengan jangkauan hingga 2.000 kilometer, atau lebih dari 1.200 mil.
Senjata-senjata ini mempunyai kapasitas dan jangkauan untuk mencapai sasaran apa pun di Timur Tengah, termasuk Israel.
Dalam beberapa tahun terakhir, Teheran juga telah mengumpulkan sejumlah besar drone dengan jangkauan sekitar 1.200 hingga 1.550 mil dan mampu terbang rendah untuk menghindari radar.
Iran sendiri tidak merahasiakan kepemilikan tersebut dan justru memamerkan koleksi drone dan rudalnya selama parade militer, dan memiliki ambisi untuk membangun bisnis ekspor drone yang besar. Drone Iran digunakan oleh Rusia di Ukraina dan muncul dalam konflik di Sudan.
Sumber Senjata Iran
Sanksi internasional telah memutus akses Iran terhadap persenjataan dan peralatan militer berteknologi tinggi yang diproduksi di luar negeri, seperti tank dan jet tempur.
Saat ini, Iran memproduksi rudal dan drone dalam jumlah besar di dalam negeri dan memprioritaskan produksi pertahanan tersebut. Upayanya untuk membuat kendaraan lapis baja dan kapal angkatan laut yang besar membuahkan hasil yang beragam.
Di sisi lain, Teheran juga mengimpor kapal selam kecil dari Korea Utara sambil memperluas dan memodernisasi armada yang diproduksi di dalam negeri.
Halaman Selanjutnya
Garda Revolusi juga mengoperasikan Pasukan Quds, sebuah unit elit yang bertugas mempersenjatai, melatih dan mendukung jaringan milisi proksi di seluruh Timur Tengah yang dikenal sebagai “poros perlawanan.” Milisi tersebut antara lain Hizbullah di Lebanon, Houthi di Yaman, kelompok milisi di Suriah dan Irak serta Hamas dan Jihad Islam Palestina di Gaza.