Kamis, 20 Juli 2023 – 13:34 WIB
JAKARTA – Anak yang mengalami kesulitan makan patut dicurigai memiliki kelainan pada jantungnya. Kendati begitu, seringnya orangtua tak memahami kondisi ini hingga akhirnya kesehatan si kecil justru sudah sulit diatasi hingga membahayakan nyawanya.
Tim Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, dr. Sisca Natalia Siagian, SpJP(K), Dokter Spesialis Jantung RSJPDHK, mengatakan bahwa Penyakit Jantung Bawaan (PJB) merupakan kelainan yang paling banyak ditemukan pada bayi baru lahir. PJB sendiri kerap diidentifikasi sebagai salah satu penyebab kematian tersering pada satu tahun pertama kehidupan. Scroll untuk info selengkapnya.
“Dari awal sudah terdiagnosis dari penyakit yang ada (pada anak dengan PJB), paling banyak dengan kondisi gagal jantung pada anak,” ujar dokter Sisca dalam konferensi pers ‘Pengabdian Dokter Jantung dan Pembuluh Darah Indonesia untuk Morotai, Dari Deteksi Dini Penyakit Kardiovaskular Sampai Pencegahan Stunting‘, di Jakarta, Senin 17 Juli 2023.
Pada anak dengan PJB, gejala yang kerap terlihat meliputi sesak napas hingga tubuh membiru. Akan tetapi, sebagian anak dengan PJB justru tak memiliki gejala hingga kondisi tubuhnya berdampak fatal. Namun sebenarnya, gejala anak dengan PJB nyaris serupa seperti anak-anak yang sulit makan pada umumnya.
“PJB pada anak tubuhnya tidak biru karena bisa tanpa gejala. Seperti Berat badan dan tinggi badan sulit naik. Salah satu keluhan yang paling sering dikeluhkan itu anaknya sulit naik (berat dan tinggi),” jelasnya lagi.
Pada anak yang tidak mengalami kenaikan berat dan tinggi badan tersebut, akan dipantau dalam waktu tertentu sembari diberi penanganan berupa nutrisi, obat hingga operasi. Akan tetapi, satu hal yang cukup sulit terlihat di mana anak akan mulai nafsu makan ketika sudah dilakukan penanganan untuk jantungnya yang berarti berat dan tinggi badannya sangat terkait dari asupan nutrisi yang sulit diserap akibat mengalami PJB.
Halaman Selanjutnya
“Kadang nggak gampang untuk minta dia makan kondisinya aja udah sesak napas sendiri. Untuk masukan makanan ke mulut butuh usaha lebih. Ketertarikan pada makanan juga kurang,” jelasnya.