Pulihkan Reputasi Pasca Krisis? Bisa, Ini Caranya!

Pulihkan Reputasi Pasca Krisis? Bisa, Ini Caranya!

Rabu, 5 Juli 2023 – 20:35 WIB

VIVA – “Badai Pasti Berlalu”, lagu yang diciptakan Eros Djarot pada tahun 1977 ini, sempat diaransemen ulang oleh tiga penyanyi terkenal, Chrisye, Ari Lasso hingga Noah. Pada tahun 2009 lagu ini dinobatkan menjadi lagu ketiga terbaik sepanjang masa versi majalah Rolling Stone. Lagu ini secara sederhana menceritakan bahwa badai pasti akan berlalu. Sebuah bencana pasti akan usai jua. Sama halnya dengan badai, sebuah krisis yang melanda atau terjadi pada anda juga pasti akan berlalu.

Baca Juga :


Menlu Negeri Retno Marsudi: Indonesia Terus Berupaya Bantu Myanmar Keluar dari Krisis

Krisis bisa terjadi dan melanda siapa saja, tanpa aba-aba dan tanpa pemberitahuan. Bisa terjadi pada saya, pada Anda, pada sebuah organisasi atau institusi baik milik swasta atau pemerintah. Dan satu hal yang pasti, krisis bisa menghancurkan reputasi dalam sekejap mata. Terkadang ada yang siap dan bisa merespons krisis dengan baik, ada juga yang kaget tidak tahu bagaimana harus menghadapi dan menangani krisis.  Setelah krisis, kita akan masuk pada fase pemulihan. Fase ini adalah tahapan paling penting dalam sebuah siklus krisis. Karena di fase inilah terletak kunci untuk mendorong organisasi untuk bisa bangkit lagi, bahkan tak jarang menjadi lebih kuat dari sebelumya, atau pun sekedar berjuang untuk bisa mengembalikan reputasinya.

Namun demikian tetaplah optimis dan yakin bahwa pada akhirnya sebuah krisis pasti akan berakhir, every crisis has an end, entah itu ditangani dengan baik atau pun tidak. Tapi kemudian ada fase yang selalu luput dan tidak dianggap urgent bagi sebagian orang. Yang sudah seharusnya dipahami oleh seluruh lini yang ada dalam organisasi atau perusahaan. Yaitu fase yang tersisa setelah krisis, yakni bagaimana memulihkan reputasi pasca krisis?

Baca Juga :


RI Punya Kontribusi Banyak dalam Penanggulangan Krisis Kemanusiaan Dunia

Sebuah institusi perbankan misalnya, yang seharusnya memberikan layanan dan dipercaya publik untuk mengelola dana dan data pribadi nasabah, bisa saja hancur lebur dan kehilangan nasabah pasca krisis, entah karena krisis yang berasal dari internal atau eksternal. Dalam beberapa kasus, sebuah organisasi atau institusi mungkin berhasil untuk mengembalikan reputasinya pasca krisis. Respons yang baik terhadap krisis bisa mengembalikan kepercayaan publik terhadap sebuah institusi, pemimpin ataupun produk sebuah perusahaan. Tapi tak sedikit juga krisis yang kemudian berakhir dengan hilangnya kepercayaan publik terhadap instansi atau organisasi tersebut.

Lalu bagaimana caranya mengembalikan reputasi yang hancur pasca krisis? Tak mudah memang, tapi bukannya tak mungkin dilakukan. Terkadang tanpa disadari, sudah menjadi habit yang terjadi saat krisis adalah kepanikan, bingung menyusun langkah dan strategi penanganan, kewalahan menyiapkan tim manajemen krisis, hingga gagap berhadapan dengan publik saat krisis. Sekalipun semuanya bisa berlalu dan tertangani dengan baik, mengembalikan reputasi pasca krisis menjadi hal crusial yang harus dilakukan. Karena ini berkaitan dengan image dan keberlangsungan organisasi atau institusi ke depannya.

Baca Juga :


Jokowi Ingatkan Masyarakat Jangan Salah Pilih Pemimpin karena Situasi Dunia Belum Normal

Nah, terkait hal ini ada poin menarik yang dipaparkan Andrew Griffin dalam bukunya “Crisis, Issues and Reputation Management” (2014). Ia menjelaskan tiga hal yang harus perhatikan dalam memulihkan reputasi pasca krisis, yakni; (1). Melakukan review pasca krisis terkait dengan kinerja manejemen krisis serta kesiapan menghadapi krisis, (2). Membangun kembali kepercayaan baik dari pihak eksternal maupun internal, (3). Melakukan perubahan organisasi.
 
Evaluasi Pasca Krisis
Pertama, hal utama yang harus dilakukan dalam melakukan review pasca krisis adalah mengevaluasi bagaimana performa manajemen krisis berdasarkan sejumlah tolak ukur. Mulai dari kebijakan, apakah pengalaman krisis merubah cara pandang organisasi dalam menghadapi krisis? Hal lain yang juga tak kalah penting diukur pasca krisis adalah bagaimana seorang pemimpin menyikapi dan menghadapi krisis dan tekanan. Tak hanya pemimpin, ketahanan seluruh tim juga perlu dievaluasi pasca krisis melanda, demikian pula dengan budaya organisasi serta hubungan dengan para pemangku kebijakan saat krisis terjadi.

Kedua, evaluasi pasca krisis harus lebih spesifik melihat respons dari tim manajemen krisis. Dimulai dari bagaimana kecepatan dan efektifitas tim krisis manajemen dibentuk dan bekerja, apakah orang orang yang ditugaskan menghadapi krisis sudah orang yang tepat pada waktu dan tempat yang tepat pula. Pada tahap kedua ini juga harus mengukur apakah strategi dan keputusan yang diambil sudah tepat.        

Halaman Selanjutnya

Ketiga, evaluasi pasca krisis juga penting untuk melihat hasil atau respon dari pihak luar. Mulai dari liputan media konvensional, apakah perusahaan atau organisasi mendapatkan narasi yang bagus di media, dengan pesan kunci yang sesuai dengan narasi organisasi yang dibangun saat krisis. Selain itu juga harus memperhatikan bagaimana pemberitaan di media sosial, penting untuk menangkap percakapan yang muncul di media sosial terkait bagaimana organisasi kita menghadapi dan menangani krisis. Yang terakhir yang tak kalah penting dilakukan adalah melakukan survey, bagaimana para pihak terkait dan pemangku kepentingan melihat penanganan krisis yang dilakukan.

Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.



Source link

author

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *